Indonesia dikenal dengan budaya nya yang beragam, beda daerah beda pula budaya dan rumah adatnya.

Di Kampung Wae rebo Nusa Tenggara Timur terdapat 7 rumah adat, salah satunya Rumah adat Gendang.

Rumah Adat Gendang merupakan rumah adat dari suku Manggarai yang juga dikenal dengan sebutan rumah adat “Mbaru Niang”.

Wae Rebo sendiri merupakan salah satu kampung adat tertinggi di Indonesia. Lokasi nya terletak di Gunung Pocoroko, Desa Satar, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur.

Baca juga : 10 Gunung Yang Bisa di Daki di Flores

waerebo
waerebo

Desa Wae rebo terletak di ketinggian 1200 mdpl, tak heran jika udara di Desa Wae Rebo sangat menyejukkan terutama di pagi hari, akan dipenuhi kabut tipis yang dingin menyejukkan.

Mengunjungi Kampung Wae rebo, kita akan menyaksikan keindahan alam  berbalur dengan kearifan local yang masih terus dilestarikan oleh warga suku Manggarai, salah satunya adalah rumah adat.

Terlebih Kampung Wae rebo telah mendapatkan Penghargaan UNESCO Asia Pasific Award Heritage Conservation karna keunikannya terkait Rumah adat “Mbaru Niang”

Keberadaan rumah adat tidak hanya menjadi ruang untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi simbol kekuatan bagi Suku Manggarai.

“Mbaru Niang”

Rumah Adat "Mbaru Niang"
Rumah Adat “Mbaru Niang” – primahapsari.com

Menurut Cerita, Nenek moyang kampung Wae Rebo berasal dari suku Minang, yang merantau dan menetap di Flores.

Mereka juga Dikenal dengan nama Empo Maro yang berasal dari Sumatera, memilih untuk tinggal dan menetap di Nusa Tenggara Timur.

Tak heran jika rumah adat Gendang memiliki kesamaan dengan Rumah adat dari Suku Minangkabau.

Sekilas memang nampak berbeda jika melihat dari atap, namun jika kita menilik lebih dalam, ada banyak kesamaan antara rumah adat Gendang dan Rumah adat Suku Minang.

Kesamaan ini bisa terlihat dari struktur bangunan tiang utama atau “Tonggak tuo” jika di adat Minangkabau, dan dikenal dengan sebutan “hiri bongkok” di kampung Wae Rebo.

Tiang utama di suku Minang berada di tengah dengan ukuran yang lebih besar, sama persis dengan rumah adat Gendang di Manggarai.

“Tonggak tuo”  digunakan sebagai tempat duduk tetua adat di suku Minang, begitu pula “hiri bongkok” di Suku Manggarai yang juga menjadi tempat duduk tetua adat Ketika melaksanakan ritual dan upacara adat.

Rumah adat Gendang yang juga disebut “Mbaru Niang” diambil dari kata “Mbaru” yang ber artikan rumah, dan “Niang” adalah tinggi dan bulat.

Secara garis besar “Mbaru Niang” adalah Rumah yang berbentuk bulat, kerucut dan meruncing keatas.

Simbol dan Makna Rumah Adat Gendang

Desain Rumah Adat "Mbaru Niang"
Desain Rumah Adat “Mbaru Niang” – dailyvoyagers.com

Rumah Adat “Mbaru Niang” terbuat dari kayu worok dan bambu. Berbentuk kerucut dengan diameter dibawahnya kurang lebih 15 meter.

Atap dari rumah adat “Mbaru Niang” terbuat dari ijuk yang disebut wunut.

Selama proses pembangunan rumah, tidak menggunakan paku sama sekali, melainkan cukup disambung dan direkatkan menggunakan rotan dan pasak.

“Mbaru Niang” terdiri dari lima lantai yang masing-masing lantainya memiliki makna dan fungsi yang berbeda.

kampung adat waerebo
kampung adat waerebo

Lantar pertama, terbagi dalam dua bagian yakni Lutur dan Nolang. Lutur merupakan ruangan umum yang digunakan untuk menjamu tamu.

Sedangkan Nolang merupakan zona privasi keluarga yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga.

Nolang adalah ruang tengah yang dikelilingi oleh kamar-kamar di sebelahnya, terdapat sekitar 7 kamar.

Lantai kedua disebut lobo, yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang yang digunakan untuk sehari-hari

Lantai ketiga disebut lentar, yang digunakan untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan

Lantai keempat disebut Lempa rae, difungsikan untuk menyimpan bahan makanan jika suatu saat terjadi paceklik atau kekeringan.

Lantai kelima disebut Hekang Kode, yang digunakan untuk tempat sesaji persembahan pada leluhur.

Desain Rumah adat “Mbaru Niang” yang dinilai unik dan kompleks tersebut telah mendapatkan penghargaan Aga Khan kategori arsitektur di tahun 2013.

Upacara Adat Pembangunan Rumah

Upacara Pemasangan Tanduk Kerbau
Upcara Pemasangan Tanduk Kerbau- Fansi Runggat/TIMEX)

Sebelum dilakukan proses pembangunan rumah adat “Mbaru Niang”,  suku Manggarai terlebih dulu melakukan beberapa ritual adat.

Ritual adat pertama adalah memberikan penghormatan pada penunggu pohon, karna suku Manggarai percaya bahwa pohon-pohon yang terdapat di hutan memiliki penunggu.

Penghormatan ini sebagi wujud meminta izin. Masyarakat Suku Manggarai memegang teguh prinsip untuk tidak boleh sembarangan menebang pohon dan membunuh Binatang yang terdapat di hutan.

Ritual selanjutnya adalah seorang ibu yang mempersembahkan sirih pinang dengan dilipat menjadi 3, yang berartikan adanya hubungan antara Tuhan, Manusia dan Alam.

Sedangkan di puncak rumah “Mbatu Niang” terdapat tanduk kerbau, merupakan simbol kekuatan, etos kerja dan daya juang dari suku Manggarai.

Setelah tanduk kerbau tersebut terpasang, malam hari nya dilakukan ritual  We’e atau syukuran masuk rumah.

You might also enjoy:

× Chat Admin