Berkunjung ke Kampung Adat, kita akan menyaksikan bagaimana Masyarakat adat yang sangat menjaga tradisi leluhurnya.

Mereka meyakini, apa yang diwariskan oleh leluhur harus senantiasa dilestatikan pada anak cucu.

Berbeda dengan Kampung Adat lain yang terdapat di Manggarai, Kampung Adat Kuwu memiliki daya tariknya tersendiri.

Di Kampung Adat Kuwu sudah terdapat rumah yang berdindingkan bata, namun meskipun demikian masyarakatnya sangat menjaga kebudayaan yang diwariskan oleh leluhur.

Kampung Adat Kuwu terdapat di Desa Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Flores.

Jika dari Bandara Frans Sales Lega jaraknya kurang lebih 18 KM dengan waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 30 menit.

Daya Tarik Kampung Adat Kuwu adalah kebudayaannya yang terus dilestarikan hingga saat ini, yaitu :

1. Mbata Manggarai

Mbata Manggarai
source : travel.kompas.com

Mbata merupakan lantuan lagu adat Manggarai, sebagai wujud mengungkapkan rasa Syukur dan kegembiraan kepada Sang Tuhan Pencipta atau Mori Keraeng, dan kepada alam serta leluhur.

Nyanyian lagu Mbata diiringi oleh irama music Gendang dan Gong. Mbata dinyanyikan para kaum laki-laki dengan posisi duduk yang melingkar saling berhadapan.

Pemain Gendang dan Gong yang mengiringi lagu Mbata berada di dalam lingkaran, juga bisa di luar lingkaran.

Musik Mbata merupakan warisan nenek moyang Masyarakat manggarai, yang terus dipertunjukkan hingga saat ini pada ucapara adat dan acara-acara yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Pelaksanaan Musik Mbata

Acara Adat Mbata
Acara Adat Mbata

Mbata biasanya dilaksanakan pada malam hari saat upacara Syukur panen. Upacara itu disebut juga ritual penti atau Syukur panen tahunan.

Bahkan nyanyian ini bisa dilaksanakan semalaman penuh,  Masyarakat melantunkan Syukur  atas panen hasil bumi diperoleh dan Syukur atas perlindungan dari leluhur.

Namun berbeda sub suku, berbeda pula pelaksanaan upacara Pentinya, ada yang dilaksanakan pada akhir tahun, ada juga yang melaksanakan di bulan juli dan agustus.

Meskipun berbeda-beda waktu pelaksaanya, Masyarakat Manggarai tetap melaksanakan upacara penti setiap tahun, dengan diiringi oleh music Mbata.

Baca juga : Keunikan Kampung Adat Wologai Ende

2. Tarian Congka Sae

Tarian Congka Sae
Tarian Congka Sae – Source : travel.kompas.com

Kebudayaan lain yang juga tak kalah menarik dari Kampung adat Kuwu adalah Congka Sae. Congka Sae merupakan Tarian yang dipertunjukkan ketika upacara adat Congko Lokap.

Congka sendiri merupakan arti dari tarian, dan sae adalah bersama-sama. Secara tidak langsung Congka Sae berartikan tarian yang dilakukan secara bersama-sama.

Tarian Sae dilaksanakan ketika upacara Congko Lokap, yang mana Congko Lokap merupakan sebuah upacara adat yang menandakan terlaksananya Pembangunan rumah adat.

Congko memiliki arti mengangkut sampah-sampah, dan lokap berartikan material sisa kayu dari pengerjaan rumah adat.

Dengan demikian Congko Lokap adalah upacara membersihkan rumah adat dari segala bentuk kotoran agar layak untuk dihuni.

Tarian Sae yang mengiringi pelaksanaan upacara Congko Lokap, dimainkan oleh laki-laki dan Perempuan dengan diiringi oleh alat music gendang.

pihak Perempuan menggunakan kebaya dan bawahan kain tenun, dan memegang selendang. Sedangkan laki-laki menggunakan pakaian putih dan ikat kepala khas Manggarai.

Dengan berlangsungnya upacara Congko Lokap artinya, artinya rumah tersebut sudah bisa untuk dihuni.

3. Tarian Caci

Tarian Caci Manggarai
Tarian Caci Manggarai – Source : Wikipedia

Kebudayaan lain yang juga tidak kalau menarik dan sarat akan pesan moral adalah tarian Caci. Tarian Cari merupakan tarian yang berasal dari Kabupaten Manggarai.

Tarian Caci yang berasal dari kata “Ca” yang berartikan satu, dan “Ci” yang memiliki uji, sehingga secara tidak langsung tarian Caci berartikan uji satu lawan satu.

Caci adalah tarian perang sekaligus permainan rakyat Manggarai, dengan dimainkan oleh sepasang penari laki-laki yang bertarung menggunakan cambuk dan perisai.

Penari yang memegang cambuk bertindak sebagai penyerang, dan lawan mainnya sebagai pertahanan menggunakan perisai.

Tarian caci dimainkan pada musim panen sebagai wujud Syukur, dan juga tarian caci dimainkan ketika upacara adat besar yang terdapat di Manggarai.

Makna tarian simbolis dari dilaksanakannya tarian caci adalah melambangkan kejantanan, keramaian dan kemegahan serta sportifitas.

Tarian Caci merupakan warisan leluhur yang diturunkan secara turun temurun. Sebelum tarian berlangsung, para penari melalukan prosesi adat dengan pemberian sesaji pada leluhur.

Baca juga : Pesona 17 Pulau Riung Flores Yang Indah

Pakaian yang digunakan dalam Tarian Caci

gerakan tarian caci
gerakan tarian caci

Kostum yang digunakan dalam tarian Caci, Panggal, Nggorong, Tubi Rapa, Lipa Songke, Selendang dan Ndeki.

Panggal adalah ikat kepala yang terbuat dari kulit kerbau dilapisi dengan kain khas Manggarai. Sedangkan Nggorong merupakan ikat pinggang yang terbuat dari logam, sehingga menambah kesan gagah pada pemain.

Tubi Rapa merupakan hiasan manik-manik digunakan dengan cara dililitkan pada bagian kepala.

Lipa Songke adalah kain dengan warna hitam bersulam emas, yang menjadi ciri khas dari Manggarai. Penggunaan Lipa Songke hanya boleh sampai lutut.

Pemain Tarian Caci juga menggunakan selendang, yang berasal dari kain tenun Khas Manggarai, dan diikatkan pada pinggang pemain.

Dan yang terakhir adalah Ndeki, yang merupakan aksesoris terbuat dari bulu ekor kambing. Berfungsi untuk melindungi bagian punggung, dan menjadi lambing kejantanan.

Tarian Caci ini hanya dimainkan oleh kaum laki-laki dengan Perempuan bertugas menjamu tamu dengan menyajikan makanan dan minuman.

You might also enjoy:

× Chat Admin