Salah satu Kampung yang recommended untuk anda kunjungi adalah Kampung Adat Gurusina.

Kampung Adat Gurusina ini terletak di Desa Watumanu, Kecamatan Jarebuu Kabupaten Ngada, Flores NTT.

Lokasinya berada di puncak bukit yang dekat Gunung Inerie, gunung tertinggi di Nusa Tenggara Timur, yang memiliki ketinggian 2.245 meter dari permukaan laut.

Keindahan Kampung Adat Gurusina

Kampung Adat Gurusina
Kampung Adat Gurusina – Iwandaisy

Karna berada di Kaki Gunung Inerie, suasana di Kampung Adat Gurusina sangat menyejukkan lagi menenangkan. Membuat wisatawan betah untuk berlama-lama di Gurusina.

Dari kampung Adat Gurusina, kita akan menyaksikan keindahan alam Gunung Inerie yang hijau nan alami, udaranya sangat segar dan bersih.

Kampung Adat Gurusina sangat bersih dan terjaga, tidak ada satupun sampah yang berceceran di halaman kampung.

Selain itu, kampung adat Gurusina juga terlihat rapi, dengan rumah adat yang dibuat berjejer dan melingkar.

Mengujungi kampung Adat Gurusina jangan terburu-buru untuk pulang, mari sejenak berbincang dengan warga kampung yang ramah dan terbuka pada wisatawan.

Jika anda tertarik, anda juga dapat membeli kain tenun pada mamak kampung Adat Gurusina, yang ditenun menggunakan alat tradisonal, sehingga kesannya lebih berkelas.

Baca juga : Berkunjung ke Kampung Adat Nggela, Damai Sejuk dan Menenangkan

Rute Menuju Kampung Adat Gurusina

Kampung Adat Gurusina
Kampung Adat Gurusina – Gin Gin Gustiar

Kampung Adat Gurusina lokasinya berdekatan dengan Kampung Adat Bena, dengan melewati Desa Tololela.

Jika anda berkesempatan untuk mengunjungi kampung Adat Bena, bisa sekalian mampir ke Kampung Adat Gurusina, ataupun sebaliknya.

Kampung Adat Gurusina dan Kampung Adat Bena, sama-sama berada di kaki bukit gunung Inerie. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 30 menit sampai satu jam.

Sedangkan kalau dari Kota Bajawa waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 45 menit, dengan jarak tempuh yang diperlukan 21 KM.

Rumah Adat Gurusina

Rumah Adat Gurusina
sumber : Twitter Moazzam Malik

Setiap kampung Adat di Nusa Tenggara Timur memiliki ciri khas rumah adatnya masing-masing, mereka menyebutnya Sa’o yang berarti rumah dalam Bahasa setempat.

Di Kampung Adat Gurusina terdapat 33 rumah, yang terbuat dari bambu dan atap alang-alang. Alang-alang diikat menggunakan tali ijuk.

Terdapat teras di depan rumah, dengan ukuran yang cukup lebar. Atas teras tidak ditutup dengan alang-alang, melainkan cukup dengan bambu.

Di depan rumah terdapat tanduk kerbau yang menyimbolkan kekakayan dan kejayaan dari penghuni rumah.

Tiang penyangga rumah terbuat dari Kayu. Rumah Adat Gurusina terlihat unik dengan susunannya yang dibuat saling berhadapan.

Baca juga : Informasi Pendakian Gunung Ebulobo

Kampung Adat Gurusina Flores
Kampung Adat Gurusina Flores

Di tengah Kampung terdapat batu peninggalan zaman megalitikum yang berdiri tegak hingga saat ini.  Dan juga terdapat tiga bangunan lopo, yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan leluhur.

Kampung Adat Gurusina dihuni oleh tiga suku, Suku Kabi, Suku Agoazi, Suku Agokae.

Awalnya Kampung Adat Gurusina berada di puncak Gunung Inerie, hanya saja pada tahun 1942 dipindahkan pada dataran yang lebih rendah.

Kebakaran Kampung Adat Gurusina

Kampung Adat Gurusina menjadi salah satu kampung adat tertua di Flores, Pasalnya Kampung ini diperkirakan sudah berusia lebih dari 50 abad yang lalu, dan baru ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Belanda di tahun 1934.

Sayangnya pada agustus 2018, Kampung Adat Gurusina mengalami musibah kebarakan sehingga beberapa rumah mengalami kerusakan.

Namun pada akhirnya Kampung Adat Gurusina dibangun Kembali, dengan tetap melestarikan budaya leluhur.

Sudah lima tahun dari peristiwa itu berlalu, kampung Adat Gurusina kini tetap cantik dan menarik, dengan ciri khas rumahnya yang unik.

Ritual Kampung Adat Gurusina

Se Ze'e
Sumber : kupang.tribunnews.com

Setelah Kebakaran terjadi di Kampung Adat Gurusina, masyarakat melaksanakan ritual Se Ze’e yang bertujuan untuk pembersihan kampung dari ritual dan bencana.

Dan biasanya Ritual ini dilaksanakan sebelas hari setelah kebakaran.

Malam hari sebelum ritual Se Ze’e dilaksanakan, terlebih dulu dilakukan ritual adat Mau Tua, yakni mencari tempat pembuangan bara api.

Dari ritual tersebut bara api kemudian dibuang di sungai dekat kampung Gurusina. Sebanyak 27 korban yang rumahnya terbakar mengantar bara api sesuai urutan rumah yang terbakar.

Selama proses pengantaran bara api, warga diperkenankan menoleh ke kanan, kiri dan belakang, hanya diperkenankan menghadap kedepan.

Setelah proses ritual Mau Tua, besok harinya dilakukan ritual Se Ze’e, dimana terdapat seorang pria Warga Desa Adat Gurusina harus berhadapan dengan kerbau, pria tersebut dibekali dengan parang.

Pria tersebut dipilih oleh tetua adat dari proses ritual Mau Tua. tidak membutuhkan waktu lama, pria tersebut akhirnya berhasil menaklukan Kerbau dengan memotong tepat dibagian lehernya.

Ritual Se Ze’e mempersembahkan satu ekor kebau Jantan, dua ekor babi Jantan, dan satu ekor ayam Jantan berbulu putih.

 

You might also enjoy:

× Chat Admin