Salah satu Kampung Adat yang tidak boleh terlewati untuk dikunjungi adalah Kampung Adat Nggela. Kampung Adat dengan kearifan lokalnya yang melimpah.
Terletak di Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende. Kampung Adat Nggela sudah banyak dikenal oleh wisatawan local maupun mnacanegara.
Mengunjungi kampung adat Nggela, kita akan terkesan dengan tatanan kampungnya yang berjejer rapi saling berhadapan.
Baca juga : Keunikan Kampung Adat Wologai Ende
Suasana Kampung Adat Nggela
Berbeda dengan lokasi Kampung adat pada umumnya, yang berada di Lembah pegunungan. Kampung Adat Nggela berada di Kaki gunung, sehingga sangat mudah dijangkau
Lokasi kampung adat Nggela pun tidak jauh dari pemukiman warga, yang bukan merupakan warga adat, toleransi dan keharmonisannya sangat ketara.
Jarak dari pusat Kota Ende menuju Kampung Adat Nggela sekitar 49 KM, dengan waktu tempuh yang dibutuhkan kurang lebih satu jam setengah.
Namun jika dari Taman Nasional Kalimutu, yang juga masih dalam Kabupaten yang sama, jaraknya lebih dekat sekitar 29 KM.
Akses menuju Kampung Adat Nggela bisa ditempuh dengan roda dua ataupun roda empat, suasana kampung sangat asri dan bersih. Warga kampung Adat Nggela sangat menjaga kebersihan
Sejarah Kampung Adat Nggela
Konon katanya, Kampung Adat Nggela berawal dari empat orang saudara kandung, yang merupakan nenek moyang asli dari Suku Lio atau biasa disebut juga Suku Yunan/Hindia belakang.
Kehidupan dari suku Lio tersebut nomaden, sampai akhirnya berlabih di Wewaria, dekat Pantai Utara Ende.
Mereka kemudian membangun rumah di Desa Nggela, dan menamai nya Sao Rore Api, Sao Labo, Sao Wewa Mesa, Sao Ria, dan Sao Mekko.
- Sa’o Rore Api atau Rumah kakak tertua Nogo, yang berfungsi sebagai penyedia api untuk memasak kebutuhan sehari-hari dan untuk upacara adat.
- Sa’o Labo yang merupakan Rumah milik sang adik Tori. Rumah ini diperuntukkan sebagai tempat konsultasi apabila terjadi masalah di Kampung Adat Nggela
- Sa’o Wewwa Mesa yang merupakan rumah milik Nira, Rumah ini berfungsi untuk pelindung kampung
- Sa’o Ria yang merupakan Rumah miliki si Bungsu Nggela. Sa’o Ria dipergunakan sebagai pelaksana upacara adat seperti Tau Nggua.
- Sa’o Mekko, yang berfungsi sebagai penjaga dan pemelihara Kanga.
Sao dalam Bahasa setempat berartikan rumah, dari nama-nama rumah tersebut memiliki fungsi-fungsi yang berbeda
Rumah Adat Nggela
Setiap Kampung Adat di Kabupaten Ende memiliki ciri khas rumah adatnya masing-masing, meskipun dengan basic yang sama.
Rumah Adat Nggela beralaskan dari kayu, begitu juga dindingnya. Sedangkan atap dari Rumah Adat terbuat dari alang-alang dan ijuk.
Lantai dan dindingnya yang terbuat dari kayu, menjadikan rumah adat Nggela terasa sejuk.
Begitupula atapnya, meskipun hanya terbuat dari alang-alang, namun ternyata alang-alang adalah tumbuhan yang mampu menahan panas.
Terdapat teras di depan Rumah Adat Kampung Nggela, teras tersebut difungsikan untuk menerima tamu ataupun sekedar berkumpul bersama tetangga.
Baca juga : Mengenal Kebudayaan Kampung Adat Kuwu
Susunan Rumah Adat Nggela
Setiap kampung adat di Kecamatan Ende memiliki ciri khas yang berbeda, seperti yang terdapat di Kampung Adat Nggela dimana susunannya saling berhadapan.
Namun hal tersebut ternyata memiliki makna simbolis. Susunan rumah di Kampung Adat Nggela memiliki fungsinya masing-masing.
Di Kampung Adat Nggela terdapat 22 rumah adat, dengan di Tengah pusat kampung terdapat Kanga Ria yang biasa digunakan untuk tempat pelaksanaan upacara adat.
Masing-masing rumah di Kampung Adat Nggela memiliki peranannya masing-masing. Pada awal masuk kampung terdapat Sa’o Ka’I Pere Lesu Usu atau rumah penjaga pintu.
Jika anda berkesempatan untuk berkunjung ke Kampung Adat Nggela jangan lupa mengabadikan moment bersama mama-mama yang sangat ramah pada wisatawan.
Upacara Adat di Kampung Adat Nggela
Di Kampung Adat Nggela terdapat ucapara adat Tau Nggua. Nggua merupakan pesta adat untuk mensyukuri keberhasilan panen padi.
Ritual Tau Nggua biasanya dilaksanakan di bulan September, yang dalam proses pelaksanaanya dipimpin ole Mosalaki atau Kepala Suku.
Di Kampung Adat Nggela juga terdapat tarian Mure. Tarian Mure merupakan tarian yang disakralkan oleh Masyarakat Nggela, dan sudah diwariskan oleh leluhur sejak jaman dahulu.
Tarian ini dilakukan oleh Perempuan dengan mengenakan kain tenun, dengan menggerakan selendang ke kanan ke kiri.
Mure Sendiri merupakan arti dari saling mendukung, tarian tersebut bertujuan untuk memohon hujan dengan diiringi alat music Nggo wani atau lamba.
Jika anda berkesempatan untuk berkunjung ke Kampung Adat Nggela jangan lupa mengabadikan moment bersama mama-mama yang sangat ramah pada wisatawan.
Anda juga dapat membeli kain tenun khas suku Lio Ende, yang ditenun oleh mama kampung Adat Nggela.
Dan pastinya, Kain tenunnya sangat cantik dan nyaman digunakan.