Tahukan kalian, jika saat ini ada 6 Bahasa Daerah Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur Yang Masih Bertahan dan masih terus digunakan oleh masyarakt hingga sekarang. Flores sendiri adalah sebuah pulau yang berada di wilayah administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Berdasarkan data, kita bisa membagi beberapa unsur bahasa daerah di Flores yang didasarkan pada perbedaan tiap-tiap suku yang ada di pulau besar ini. Dimana Masing-masing suku ini memiliki berbagai macam bahasa dan cara-cara pelafalannya.
Dan Secara umum, bahasa daerah tersebut berasal dari bahasa Melayu yang turut berkembang menyesuaikan daerah-daerah yang dihuni oleh suku-suku tersebut. Seperti daerah lain di NTT, Manggarai juga mendapat pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Belanda dan sebagainya.
Maka tidak heran apabila bahasa Manggarai juga memiliki bahasa yang lebih khas terlepas dari ciri-ciri fisiknya yang berbeda dari orang-orang suku lain yang berada di Flores.
6 Bahasa Daerah Flores
Walaupun ditiap wilayah tertentu memiliki ragam dialektika berbeda tetapi secara umum orang Flores memiliki setidaknya 6 bahasa daerah utama yang sampai sekarang masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari :
1. Bahasa Lamaholot

Umumnya Bahasa Lamaholot dilafalkan oleh orang Flores Timur yang terdiri dari bagian Flores daratan, pulau Adonara, pulau Solor, dan pulau Lembata bagian barat-tengah. Bahasa ini memiliki banyak dialek — bahkan beberapa ahli bahasa menganggap variasi antar dialeknya cukup besar hingga beberapa bisa diklasifikasikan sebagai bahasa tersendiri.
Jumlah penutur bahasa Lamaholot diperkirakan sekitar 180.000–200.000 orang, meskipun jumlah pastinya bisa berbeda tergantung sensus terbaru.
Bahasa Lamaholot memiliki struktur fonologi dan morfologi yang khas dari bahasa-bahasa daerah di wilayah timur Indonesia. Kata-kata dalam bahasa ini seringkali memiliki bentuk yang berbeda tergantung konteks, termasuk aspek sosial dan budaya seperti status dan hubungan antar pembicara.
Beberapa pengaruh Bahasa Lamaholot ini dari bahasa Portugis dan Melayu juga ditemukan akibat sejarah kontak dagang dan kolonial. Bahasa Lamaholot dituturkan oleh masyarakat di bagian timur Pulau Flores dan beberapa pulau sekitarnya, termasuk:
- Pulau Adonara
- Pulau Solor
- Pulau Lembata
- Sebagian wilayah Flores Timur
2. Bahasa Sikka

Dan Secara umum, penggunaan Bahasa Sikka biasanya akan digunakan oleh orang Flores pada wilayah kabupaten Sikka seperti Kota Maumere dan sekitarnya. Jumlah penutur bahasa Sikka diperkirakan mencapai 100.000 orang lebih, tetapi angka ini bisa berubah tergantung hasil sensus terbaru.
Bahasa Sikka termasuk dalam rumpun Austronesia, sub-rumpun Malayo-Polinesia, dan lebih jauh ke dalam kelompok Flores Timur. Bahasa Sikka juga dikenal sebagai bagian dari kelompok Bahasa Sikka-Naga, dan memiliki kedekatan dengan bahasa Lamaholot dan bahasa-bahasa lain di Flores Timur.
Bahasa Sikka memiliki beberapa varian dialek, antara lain Sikka Krowe, Sikka Sara, Tana Ai dimana Masing-masing dialek memiliki perbedaan dalam pengucapan, kosakata, dan struktur kalimat, meskipun masih saling dimengerti secara umum.
3. Bahasa Ende-Lio

Bahasa Daerah Flores Asli Yang Masih Bertahan berikutnya adalah Bahasa Ende-Lio yang umumnya Digunakan oleh orang Flores dari suku Ende dan Lio terutama masyarakat kabupaten Ende. Bahasa ini terdiri dari dua varian utama: Bahasa Ende dan Bahasa Lio, yang meskipun mirip, sering dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda karena variasi dalam dialek dan budaya penuturnya.
Bahasa Lio juga dituturkan di wilayah pegunungan bagian utara Kabupaten Ende, dikenal sebagai daerah Lio. Nah Keduanya sering digabung dalam sebutan “Ende-Lio” karena memiliki kemiripan linguistik dan berdekatan secara geografis.
Tecatat ada lebih dari 300.000 penutur gabungan antara bahasa Ende dan Lio. Dan Bahasa Lio memiliki beberapa subdialek, misalnya: Lio Timur, Lio Barat, dan Lio Tengah. Suku Ende sendiri adalah suku yang mendiami bagian tengah-selatan Pulau Flores, Indonesia.
Umumnya suku Ende ini dikenal dengan bahasa Ende, yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Suku Ende juga dikenal dengan berbagai tradisi dan adat istiadat, termasuk tradisi Tole Towa, Joka Ju, dan upacara perkawinan adat.
4. Bahasa Ngada

Pemakaian Bahasa Ngada ini meliputi masyarakat Suku Ngada yang berada diwilayah kabupaten Ngada provinsi NTT. Suku Ngada adalah kelompok etnis yang mendiami bagian tengah Pulau Flores, khususnya di Kabupaten Ngada. Nah Mereka juga dikenal dengan bahasa Ngada, yang termasuk dalam rumpun bahasa Bima-Sumba. Populasi mereka diperkirakan sekitar 60.000 jiwa.
Bahasa Ngada dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Ngada, khususnya di wilayah sekitar Bajawa (ibu kota kabupaten) namun juga di Beberapa wilayah di sekitar perbukitan dan desa-desa tradisional seperti Bena, Wogo, dan Tololela.
Secara linguistik, bahasa Ngada berkaitan erat dengan bahasa-bahasa di sekitar Flores tengah seperti: Bahasa Nage, Bahasa Lio, Bahasa Ende dan Bahasa Ngada ini juga memiliki beberapa varian dialek, seperti Dialek Bajawa, Dialek So’a, Dialek Riung (kadang dianggap sebagai bahasa tersendiri, tetapi masih terkait dengan Ngada).
Namun Perbedaan antar dialek bisa berupa pelafalan, kosakata, dan gaya berbicara, namun penutur dari masing-masing dialek biasanya masih dapat saling memahami.
5. Bahasa Nage Keo

Bahasa Nage-Keo atau Bahasa Nage Keo adalah salah satu bahasa daerah yang dituturkan di bagian tengah Pulau Flores, tepatnya di wilayah Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahasa ini mencerminkan kekayaan budaya lokal masyarakat suku Nage dan suku Keo, yang memiliki tradisi dan struktur sosial yang khas.
Nah biasanya Bahasa Nage-Keo digunakan di wilayah Kabupaten Nagekeo, termasuk wilayah ibu kota kabupaten Mbay dan juga di Wilayah sekitarnya seperti Boawae, Aesesa, Keo Tengah, dan bagian barat dari Kabupaten Ende (untuk varian Keo).
Diperkirakan ada lebih dari 80.000 penutur, terbagi antara dialek/dialek Nage dan Keo. Dan Bahasa ini masih digunakan secara aktif di desa-desa dan lingkungan komunitas adat, meskipun mulai berkurang di daerah perkotaan.
Nah Dialek dan Variasi Bahasa Nage-Keo ini ada beberapa perbedaan seperti Bahasa Nage lebih banyak dituturkan di bagian timur wilayah Nagekeo. Kemudian Bahasa Keo lebih umum di bagian barat, seperti di wilayah Keo Tengah. Namun Meskipun memiliki perbedaan fonetik dan leksikal, kedua varian masih saling dapat dimengerti secara umum.
6. Bahasa Manggarai

Yang terakhir ada Bahasa Manggarai menjadi salah satu bahasa yang paling banyak digunakan oleh maysrakat pulau Flores dan cukup terkenal. Penutur Bahasa Manggarai umumnya orang yang mendiami kabupaten Manggarai termasuk pemekaran wilayahnya yaitu Manggarai Timur dan Manggarai Barat.
Diperkirakan ada lebih dari 500.000 penutur bahasa Manggarai. Bahasa ini juga termasuk salah satu bahasa daerah yang masih sangat hidup di Flores dan digunakan secara aktif dalam berbagai aspek kehidupan.
Bahasa Manggarai merupakan identitas utama masyarakat suku Manggarai, yang dikenal dengan budaya adat yang kuat dan sistem sosial yang khas. Nah umumnya penggunaan Bahasa Manggarai dituturkan di wilayah Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat (termasuk daerah wisata seperti Labuan Bajo) dan juga Kabupaten Manggarai Timur.
baca : 12 Makanan Khas Labuan Bajo Yang Wajib Dicoba
Sebenarnya, Secara umum bahasa di Flores ini hampir mirip-mirip satu sama lain karena pada wilayah-wilayah perbatasan tertentu dansecara geografis dan secara kultur sosial berbeda dan saling berpengaruh, membuat banyak bahasa daerah pada wilayah diatas tersebut juga ikut terpengaruh dengan bahasa lainnya.
Misalnya pada perbatasan kabupaten Flores Timur dan Kabupeten Sikka, pada bagian barat kabupaten Flores Timur ada beberapa wilayah tertentu yang masyarakatnya berbahasa Sikka, begitu juga terjadi di beberapa wilayah lain seperti perbatasan wilayah kabupaten Ende dan Maumere.
Disamping 6 bahasa utama tersebut, orang Flores juga menggunakan bahasa Melayu Larantuka sebagai bahasa ibu, penuturnya umumnya orang yang tinggal di kota Larantuka dan beberapa daerah lain seperti Hokeng di wilayah Kecamatan Wulanggitang di kabupaten Flores Timur.